Selasa, 30 September 2014

Penipuan Hipnotis di Sekitar Kita

Penipuan Hipnotis di Sekitar Kita


Reporter : Eliza Amanda
Juru Kamera : Dedi Effendi

indosiar.com, Jakarta - Kejahatan dengan hipnotis akhir-akhir ini kian marak terjadi di masyarakat kita. Dalam menjalankan aksinya, para pelaku menggunakan kemampuannya mempengaruhi pikiran calon korban untuk tujuan mengambil apa saja yang dianggap berharga dari korbannya.

Korbannya pun tidak mengenal batas usia, status sosial dan jenis kelamin. Namun kebanyakan yang menjadi korban adalah kaum wanita terutama ibu rumah tangga saat berada di tengah keramaian.

Beginilah kondisi Adi Wijaya saat ditemui di Polres Jember, Jawa Timur. Laki - laki ini babak belur dihajar massa, setelah dipergoki melakukan penipuan terhadap seorang wanita disebuah pertokoan di wilayah Jember akhir Februari lalu. Adi yang akhirnya menjalani pemeriksaan di kepolisian dengan status tersangka ini, sama sekali tidak menduga gerak geriknya sudah diamati oleh seorang karyawati restoran cepat saji tersebut, sejak ia masuk ke tempat wanita itu bekerja.

Sang karyawati mengintainya karena ia mengenal wajah Adi yang beberapa waktu sebelumnya telah menipu temannya dengan cara menghipnotis. Kepada polisi, wanita itu mengaku, temannya ketika itu dengan tanpa sadar menyerahkan kartu ATM berikut nomor PIN dan uang 21 juta rupiah didalamnya habis dikuras.

Dari tangan laki-laki ini, petugas menyita beberapa barang bukti yang diduga telah ia gunakan dalam menjalankan aksinya. Seperti dua buah telur dan botol berisi air mineral. Kartu ATM milik korban pun untuk sementara disita polisi untuk melengkapi barang bukti tersebut. Teman tersangka berinisial SKR berhasil lolos dari kepungan massa.

Menurut polisi dari pemeriksaan identitasnya, kedua tersangka pelaku kejahatan hipnotis ini bukan penduduk asli Jember. Mereka pendatang dari Tangerang, Banten dan karena itu polisi yakin keduanya pernah melakukan kejahatan yang sama di tempat lain.

Tersangka mengakui ia bersama temannya datang ke tempat itu memang sedang mencari calon korban untuk mereka hipnotis. Namun menurut Adi, otak pelaku kejahatan ini justru sang teman. Karena laki-laki itulah sebenarnya yang memiliki kemampuan hipnotis, sedangkan dia hanya diajak.

Pelaku kejahatan ini memang jarang sendirian, minimal dua orang. Menurut tersangka Adi, mereka sudah menjalankan aksi ke beberapa daerah, dengan tempat tinggal berpindah-pindah agar tidak mudah dilacak para korban yang sudah berhasil mereka tipu.

Kejahatan hipnotis seperti banyak jenis kejahatan lainnya ternyata juga mengalami perkembangan. Modus yang dipakai para pelaku tidak lagi konvensional dengan memandang mata calon korban. Tapi sudah lebih banyak dengan mempengaruhi pikiran lewat dialog, walau sesekali masih dibaringi dengan cara menepuk pundak sang calon korban.

Memperhatikan kasus-kasus penipuan hipnotis yang diungkapkan para korban dapat diketahui bahwa para pelaku mengincar calon korban yang sedang berjalan sendirian di tengah keramaian. Misalnya di terminal bus. Calon korban kemudian diikuti dari belakang.

Setelah sampai pada waktu dan tempat yang dianggap tepat, pelaku kemudian mendekati korban. Dengan sikap ramah, bahkan bila perlu berpura-pura kenal, pelaku kemudian menepuk bahu korbannya. Korban yang sudah terkena pengaruh, akhirnya mau berjabat tangan dan menurut saja saat diajak pergi ke suatu tempat yang sepi.

Di tempat itu, pelaku berusaha menyenangkan korban dengan terus mengajak bicara. Bahkan membelikan makanan dan minuman. Setelah itu muncul teman pelaku dengan aneka lagaknya.

Setelah situasi sudah dirasa akrab, teman pelaku lalu bersikap seolah-olah kaget melihat wajah korban. Dengan mengatakan korban sedang terkena guna-guna seseorang, ia kemudian memegang tangan korban dan mengaku dapat menyembuhkan guna-guna itu dengan telur dan air mineral.

Dalam pengaruh dibawah sadar, korban kemudian menurut saja apa kata pelaku. Termasuk saat diminta membeli telur dan air mineral. Saat proses penyembuhan berlangsung itulah, pelaku kemudian bertanya soal apa saja yang berada dalam tasnya.

Korban baru sadar setelah menjadi korban penipuan, setelah semua barang berharganya lenyap dibawa pergi pelaku. Kasus dengan modus ini dialami banyak korban hipnotis. Salah satunya seorang wanita bernama Debrina.

Wanita yang menaiki angkutan umum sendirian, juga kerap menjadi incaran pelaku kejahatan ini. Mereka biasanya sudah diikuti sejak menaiki bis. Lalu sang pelaku akan mengambil tempat didekat calon korban, dengan menepuk bahunya terlebih dahulu. Dengan modus ini pelaku biasanya akan melakukan berbagai cara untuk membuat korban melihat matanya. Mulai dari bertanya waktu, mengajak berkenalan atau menukar uang. Jika siasatnya berhasil, praktis korban sudah dalam kendali.

Pihak Polres Purwokerto beberapa waktu lalu, kedatangan seorang pria bernama Ridwan Idrus. Dan saat itu mengaku bekerja di kantor Sekretariat Negara. Ridwan mengaku telah menjadi korban penipuan seorang laki-laki yang duduk disebelahnya saat ia dalam perjalanan naik bus umum dari Cilacap menuju Purwokerto.

Di Bandung, petugas Polres Bandung Barat, Ridwan memang sempat melacak jejak sang pelaku. Namun seperti katanya didepan petugas, pelaku penipuan itu menghilang di telan bumi. Hilang bersama jam tangan senilai 2,3 juta dan uang tunai 650 rupiah yang diserahkannya.

Tertangkapnya sejumlah pelaku kejahatan penipuan dengan hipnotis telah membuktikan bahwa kejahatan jenis ini dapat dibrantas. Walaupun seperti diakui pihak kepolisian, perlu kerja keras dan kesadaran pihak korban untuk melaporkan peristiwannya.

Kejahatan hipnotis memang lebih banyak terjadi di wilayah perkotaan. Khususnya di tempat-tempat keramaian, seperti terminal atau pusat - pusat perbelanjaan. Korban kebanyakan dari kalangan ibu rumah tangga. Walau di beberapa kasus ada kaum laki-laki yang mengaku telah menjadi korban kejahatan ini.

Beberapa waktu lalu, tiga orang pekerja seks komersial dari kawasan Pasar Kembang Yogyakarta, datang ke kantor polisi setelah mendapat kabar terbekuknya seorang pria berinisial AHD, karena kedapatan menghipnotis calon korbannya.

Salah seorang dari wanita ini mengatakan, AHD beberapa waktu sebelumnya telah pula menipu ia dan teman-temannya dengan membawa puluhan juta rupiah. Saat datang ke tempat mereka, laki-laki itu langsung mendekat dan menawarkan benda semacam ajibat penglaris. Belum sempat mereka menawar, tiba-tiba laki-laki itu menempelkan ajibat tersebut ke perut mereka. Selanjutnya seperti dibawa sadar, mereka menurut saja ketika laki-laki itu meminta uang dengan alasan akan dimasukan kedalam ajibat tersebut.

Lain lagi dengan yang dialami beberapa ibu rumah tangga dikawasan Duren Sawit, Jakarta Timur pertengahan tahun lalu. Mereka mengaku saat berada di keramaian, tiba-tiba ditemui seorang laki-laki dengan logat bicara Malaysia dan pura-pura kesasaran.

Tapi belakangan pria itu mengaku sebagai sales dan menawarkan dagangannya. Lalu tak lama berselang datang laki-laki lain yang secara aktif merespon dengan mengajak korban membeli barang laki-laki tersebut. Kepada polisi para wanita ini mengaku mulai dibawah sadar dan menuruti perintah para pelaku ketika salah satu dari dua laki-laki itu bersalaman dengan mereka.

Modus seperti itu dilakukan pula para pelaku kejahatan di tempat lain. Di Makassar, seorang tukang becak dibekuk polisi. Karena dilaporkan seorang laki-laki berkomplot dengan beberapa laki-laki lain menghipnotis dirinya untuk membeli jam Roulet palsu sebesar 1 juta, 270 ribu rupiah.

Di Bandung, Jawa Barat, 6 orang kawanan penipu hipnotis dibekuk polisi setelah melakukan serangkaian penipuan dengan modus yang sama dengan yang terjadi di Makassar.

Lain lagi dengan yang dialami seorang wanita di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, 2 tahun lalu. Setelah ditepuk pundaknya, penghipnotis bisa menyakinkan wanita ini untuk membeli gelang emas milik pelaku senilai jutaan rupiah.

Korban baru saja telah tertipu saat ia hendak pergi ke pegadaian. Ternyata gelang tersebut hanya emas sepuhan. Namun tidak semua kasus penipuan hipnotis bisa diungkap polisi. Terutama karena jarak waktu antara kejadian dengan korban melapor cukup lama. Sementara pelaku biasanya langsung berpindah tempat setelah berhasil melakukan aksinya.

Di wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur misalnya menurut catatan pihak kepolisian setempat sepanjang tahun 2004 sampai Maret 2005 ini, kasus penipuan dengan hipnotis sering kali terjadi, namun belum ada pelaku yang tertangkap. Namun menurut Dwi, jika tertangkap, pihaknya tidak akan kesulitan dalam menindak pelakunya. Misalnya dengan menggunakan pasal penipuan dalam KUHP.

Kejahatan inipun sebenarnya bisa dihindari. Sepanjang seseorang bisa tetap mengendalikan kesadarannya ketika bertemu dengan orang yang kehadirannya memang terasa ganjil. Karena menutut Ahli Metafisik, Bambang Sugono, hipnotis memang masuk ke dalam tubuh seseorang melalui berbagai cara.

Diantaranya melalui sentuhan seperti memukul tubuh seseorang melalui kepulan asap rokok atau melalui mantra-mantra. Saat itulah fisik dan pikiran calon korban tidak boleh kosong, harus tetap bekerja misalnya bernyanyi atau berdoa dalam hati.

Kesadaran memang menjadi kunci membentengi diri dalam menghadapi berbagai gangguan yang bersifat nonfisik. Sebab seperti kata Ahli Metafisik, jika motor berpikir kita selalu bekerja dan dalam kendali kesadaran, apapun yang datangnya dari luar akan sulit menguji ketahanan kita.Apalagi jika benteng itu sebuah keyakinan utuh, bahwa segala suatu datang dari Tuhan dan akan kembali kepada-NYA jua. (Sup)

http://m.indosiar.com/ragam/penipuan-hipnotis-di-sekitar-kita_40953.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar